Pages

Reaching the Java Top Limit... by: Komisariat Ekonomi Airlangga

“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.” (Soe Hok Gie)

Reaching the Java Top Limit... by: Komisariat Ekonomi Airlangga

edit text

This is default featured post 3 title

Edit Text

This is default featured post 4 title

Edit Text

This is default featured post 5 title

Edit Text

Kamis, 10 November 2011

Secara Substansi Kita Belum Merdeka: Refleksi HUT RI ke-66

Oleh: Zulkifli Abdullah


      Indonesia merupakan negara-bangsa yang dikaruniai pulau-pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke beserta segala kekayaan yang terkandung di dalamnya. Bentangan pulau tersebut membuat bangsa ini semakin indah dan kaya. Sebagai negara kepulauan yang dilintasi garis khatulistiwa dan posisi pulau yang strategis, Indonesia kemudian bayak dilirik, diintai, dan diminati oleh banyak orang untuk dimiliki seutuhnya. Sejak ratusan tahun silam, bangsa-bangsa asing telah berebutan hendak memiliki negeri kaya raya ini, terutama kekayaan alam yang melimpah yang jarang ditemukan keberadaannya di negeri lain. Kekayaan yang dimiliki menjadi ciri khas Indonesia dalam konteks geografis, sosiologis, dan budaya, yang terintegrasi secara utuh. Bentuk dan posisi pulau yang berbeda, terangkum menjadi satu kesatuan yang kuat, mencirikan bahwa negeri ini memiliki masyarakat yang tidak homogen, tetapi merupakan masyarakat heterogen dengan berbagai ragam budaya, ras, agama, bahkan corak pemikiran.

Tradisi Intelektual Islam

Oleh: Mahadin Hamran


     Para sarjana dan cendekiawan muslim mempunyai peranan vital untuk menghilangkan ketidakadilan dan penindasan dalam kehidupan masyarakat. Mereka harus mencurahkan tanggung jawabnya secara lebih serius dan menunjukan perhatian yang positif terhadap kebudayaan dan nilai-nilai pandangan dunia Islam. Mereka harus memperjuangkan kebenaran dan keadilan sebagai pejuang-pejuang independen sambil memodifikasi karakter intektual untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan-tuntutan masyarakat kotemporer (Ziauddin Sardar, 2000: 19).
Dalam perkembangan sejarah pemikiran Islam, tidak sedikit tokoh-tokoh cendekiawan dan intelektual yang lahir seraya melakukan rekayasa peradaban masyarakat. Gairah baru yang diajarkan oleh tokoh-tokoh intelektual tersebut, menurut Ali Syariati merupakan gerakan menciptakan kekuatan, menghadirkan kesadaran diri dan pencerahan, serta menguatkan kepekaan politik dan tanggung jawab sosial. Setiap kelahiran tokoh intelektual, paling tidak ada gagasan yang bisa dijadikan rujukan oleh semua kalangan, utamanya dalam penekanan komitmen dan tanggung jawab perjuangannya di tengah-tengah masyarakat.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites