Pages

Reaching the Java Top Limit... by: Komisariat Ekonomi Airlangga

“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.” (Soe Hok Gie)

Reaching the Java Top Limit... by: Komisariat Ekonomi Airlangga

edit text

This is default featured post 3 title

Edit Text

This is default featured post 4 title

Edit Text

This is default featured post 5 title

Edit Text

Jumat, 24 Februari 2012

NDP (Nilai Dasar Perjuangan) HMI

NILAI DASAR PERJUANGAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

A. DASAR-DASAR KEPERCAYAAN
            Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan. Kepercayaan itu akan melahirkan tata nilai guna menopang hidup dan budayanya. Sikap tanpa percaya atau ragu yang sempurna tidak mungkin dapat terjadi. Tetapi selain kepercayaan itu di anut karena kebutuhan dalam waktu yang sama juga harus merupakan kebenaran. Demikian pula cara berkepercayaan harus pula benar. Menganut kepercayaan yang salah bukan saja tidak di kehendaki akan tetapi bahkan berbahaya.
            Disebabkan kepercayaan itu diperlukan, maka dalam kenyataan kita temui bentuk-bentuk kepercayaan yang beraneka ragam di kalangan masyarakat. Karena bentuk-bentuk kepercayaan itu berbeda satu dengan yang lain, maka sudah tentu ada dua kemungkinan: kesemuanya itu salah atau salah satu saja diantaranya yang benar. Di samping itu masing-masing bentuk kepercayaan mungkin mengandung unsur-unsur kebenaran dan kepalsuan yang campur baur.
            Sekalipun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa kepercayaan itu melahirkan nilai-nilai.

2. Islam, Negara dan Politik dalam Perspektif Historis


Abdullahi Ahmed An-Na`im

Tujuan utama bab ini adalah untuk menunjukkan bahwa sekularisme yang didefinisikan sebagai pemisahan kelembagaan antara Islam dan negara dengan tetap menjaga keterkaitannya dengan politik lebih konsisten dengan sejarah masyarakat Islam daripada dengan ide post-kolonial mengenai Negara Islam yang bisa menerapkan syariah melalui kekuasaan Negara yang memaksa. Pemisahan antara otoritas keagamaan dengan otoritas Negara merupakan perisai pengaman yang penting bagi kemungkinan terjadinya penyalahgunaan peran politik Islam. Dengan membuktikan bahwa sekularisme semacam ini merupakan hal yang islami, saya berharap bisa membantu menghilangkan anggapan ummat Islam bahwa konsep ini merupakan pemaksaan ala Barat yang akan menyisihkan agama ke ruang privat.  Sebagaimana akan saya jelaskan dalam bab 4, sebetulnya tidak ada satu model sekularisme Barat yang tunggal, karena setiap masyarakat Barat menegosiasikan hubungan antara agama dan Negara dan antara agama dan politik sesuai dengan konteks sejarah mereka. Keliru juga memahami bahwa di Negara Eropa dan Amerika Utara yang dianggap sekuler, agama telah dipinggirkan ke ruang privat. Dengan memahai bab 2 dan 4, jelaslah bahwa hubungan antara Negara dan agama dalam masyarakat Islam tidak jauh berbeda dengan masyarakat Barat. Mengutip Ira Lapidus,

“ada pembedaan yang jelas antara institusi Negara dan agama dalam masyarakat Islam.

Islam dan Pluralitas(isme) Agama

Oleh Abd Moqsith Ghazali

Ini tidak berarti bahwa semua agama adalah sama. Sebab, di samping memang mengandung kesamaan tujuan untuk menyembah Allah dan berbuat baik, tak bisa dipungkiri bahwa setiap agama memiliki keunikan, kekhasan, dan syari`atnya sendiri. Sebagian mufasir berkata, al-dîn wâhid wa al-syarî`at mukhtalifat [agama itu satu, sementara syari`atnya berbeda-beda]. Detail-detail syari`at ini yang membedakan satu agama dengan agama lain. 

Pengertian Dasar

POLA DASAR PERKADERAN

Dalam menjalankan fungsinya sebagai organisasi kader, HMI menggunakan pendekatan sistematik dalam keseluruhan proses perkaderannya. Semua bentuk aktifitas/kegiatan perkaderan disusun dalam semangat integralistik untuk mengupayakan tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu, sebagai upaya memberikan kejelasan dan ketegasan sistem perkaderan yang dimaksud harus dibuat pola dasar perkaderan HMI secara nasional. Pola dasar ini disusun dengan memperhatikan tujuan organisasi dan arah perkaderan yang telah ditetapkan. Selain itu juga dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan organisasi serta tantangan dan kesempatan yang berkembang dilingkungan eksternal organisasi.
 

Sejarah Perkaderan

Selayang Pandang Perkaderan
HMI yang sudah memproklamirkan fungsinya sebagai organisasi kader, mau tidak mau menjadikan perkaderan sebagai jantung kehidupan organisasinya. Namun sebetulnya aspek  perkaderan di HMI mulai dibenahi secara serius pada akhir tahun 50-an dimana HMI sudah bertahun-tahun menjalankan peranannya, jadi perkaderan di HMI tidak lahir berbarengan dengan kelahiran HMI itu sendiri, melainkan lahir seiring proses waktu dan perubahan zaman.
Awalnya hal itu baru mulai terpikirkan oleh para kader HMI (PB HMI) ketika masa kepengurusan Ismail Hasan Metareum (periode 1957-1960), dan masih berupa wacana-wacana yang digulirkan oleh PB HMI sendiri. Ismail Hasan yang merupakan penggagas utama ide perkaderan formal di HMI menginginkan agar HMI tidak menjadi tempat berkumpul orang yang punya kesamaan hoby atau aktivitas saja, tapi menjadi second campus bagi para anggotanya. Selain itu, yang menjadi faktor penting pendorong gagasan diadakannya perkaderan formal di HMI adalah karena waktu itu Ismail Hasan melihat adanya perbedaan aliran pemikiran dalam dinamika pergerakan aktivitas HMI, dimana ada anggotanya yang punya background lingkungan pesantren dan ada juga yang cenderung sekuler (abangan)[1]. Selain itu, dia juga melihat adanya perbedaan para anggotanya dilihat dari sisi lingkungan ormas yang membesarkannya semisal dari kalangan NU, Muhammadiyah, Persis, dan lainnya. Oleh karenanya, Ismail Hasan Metareum punya obsesi untuk bisa mengambil persamaan serta mengembangkannya dari para anggota HMI agar mampu menciptakan suatu sinergitas pemikiran dan gerakan hingga menjadi satu kesatuan dalam tubuh HMI yang diharapkan menjadi ciri khas dan karakteristik para kadernya.

Kamus HMI

Silaturahmi = kunjungan ke alumni dengan “harapan”
meluncur = sedang menuju yang dituju
angin sorga = janji palsu
kepala dipegang buntut nyabet = tidak solid ketua dan bawahan
deal-deal = kesepakatan dalam hal
“siap bang, ok bang” = spontanitas saat di telepon alumni
mantap = menarik, berhasil
konsolidasi = keliling cabang
sudah include di dalamnya = termasuk
duit setan dimakan jin = duit proposal bodong
ekspektasi = angan-angan
gerbong = kelompok politik
pecahan botol = tidak dihitung
ring satu = jaringan utama
romli = rombongan liar
pemain = pelaku politik
broker = pedagang kecap
kompor = tukang bikin panas suasana
bola liar = isu yang siap digosok
kongkrit = jelas, nyata
koalisi = akhir perjuangan kandidat
pasang badan = manekin
amunisi = logistik politik
duit pulsa = uang rokok
suasana cair = terkendali dan mesra
masuk tim = sudah di-peta-kan
eksekusi = akhir negosiasi
mainkan = jalankan
cari aman = pemain “banci”
gatal tanduk = nafsu jadi kandidat
roadshow = baca: konsolidasi
diolah = diajak keluar minum kopi
maen dua kaki = bukan orang cacat
bocor = terbongkar rahasia
kandidat kuat = agus salim
panasko = panitia nasional kongres
arena = lokasi kongres
akses = kenal alumni
masuk itu barang = ter-olah
jual isu = profesi
sounding = kabar-kabari
rawat = sering ditelpon
peta konflik = posisi lawan/kawan

Kamis, 10 November 2011

Secara Substansi Kita Belum Merdeka: Refleksi HUT RI ke-66

Oleh: Zulkifli Abdullah


      Indonesia merupakan negara-bangsa yang dikaruniai pulau-pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke beserta segala kekayaan yang terkandung di dalamnya. Bentangan pulau tersebut membuat bangsa ini semakin indah dan kaya. Sebagai negara kepulauan yang dilintasi garis khatulistiwa dan posisi pulau yang strategis, Indonesia kemudian bayak dilirik, diintai, dan diminati oleh banyak orang untuk dimiliki seutuhnya. Sejak ratusan tahun silam, bangsa-bangsa asing telah berebutan hendak memiliki negeri kaya raya ini, terutama kekayaan alam yang melimpah yang jarang ditemukan keberadaannya di negeri lain. Kekayaan yang dimiliki menjadi ciri khas Indonesia dalam konteks geografis, sosiologis, dan budaya, yang terintegrasi secara utuh. Bentuk dan posisi pulau yang berbeda, terangkum menjadi satu kesatuan yang kuat, mencirikan bahwa negeri ini memiliki masyarakat yang tidak homogen, tetapi merupakan masyarakat heterogen dengan berbagai ragam budaya, ras, agama, bahkan corak pemikiran.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites